Minggu, 23 Maret 2014

Persepsi dan Pembuatan Keputusan



Apa itu Persepsi?
suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan di sekitar mereka. Namun, apa yang kita rasakan dapat secara substansial berbeda dari realitas objektif.contohnya, semua karyawan dalam sebuah perusahaan mengaggap sebagai tempat yang kondisinya bagus untuk bekerja, tugas pekerjaan yang menarik, upah yang baik,  manajemen  pengertian dan bertanggung jawab. Tetapi seperti yang kita tahu bahwa sangat sulit untuk menemukan hal-hal itu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

 Faktor situasi :
      •  Waktu
      • Lingkungan kerja
      • Lingkungan sosial
  Faktor target :
      • Hal hal baru (Novelty)
      • Pergerakan
      • Ukuran
      • Suara
      • Latar belakang
      • Persamaan
      • Kemungkinan

Faktor penerima :
      • Sikap
      • Motivasi
      • Ketertarikan
      • Pengalaman
      • Dugaan


Persepsi itu tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui sebuah proses dan proses untuk menimbulkan persepsi itu berbeda-beda untuk setiap orang.Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan seseorang. Target dilihat secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar belakang juga mempengaruhi persepsi seperti hanya kecenderunagn kita untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip.
            Konteks dimana kita melihat berbagai obyektif atau perostiwa juga penting. Waktu sebuah obyek atau peristiwa dibuat dapat mempengaruhi perhatian, seperti hal nya lokasi, cahaya, panas, atau sejumlah factor situasional lainnya.


Persepsi Seseorang : Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain


Teori Atribusi
Sebuah usaha untuk menjelaskan apakah perilaku individu disebabkan oleh penyebab internal atau eksternal.Hal ini menunjukkan bahwa saat kita mengamati perilaku individu, kita mencoba untuk menentukan apakah hal tersebut disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.Yang dimaksud dengan faktor internal adalah apabila kita meyakini bahwa tingkah laku seseorang muncul dari dirinya sendiri bukan didorong lingkungannya.Sedangkan faktor eksternal diyakini sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang karena adanya tekanan situasi.Contoh, apabila seorang karyawan datang terlambat kemudian Anda menilai hal ini disebabkan oleh si karyawan tersebut terlambat bangun, maka hal ini adalah faktor internal,sebaliknya apabila menilai karyawan telambat akibat lalu lintas yang macet maka ini merupakan faktor eksternal.
Penentuan terhadap penyebab eksternal atau internal dipengaruhi 3 faktor yaitu :

1.      Kekhususan (Distinctiveness)
Merujuk pada apakah seseorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda.Apabila tingkah laku nya jarang terjadi maka akan dinilai perilaku tersebut disebabkan oleh faktor eksternal.
2.      Konsensus
Apabila individu-individu lain yang menghadapi situasi yang serupa, merespon dalam cara yang sama. Bila konsensus tinggi maka akan dinilai perilaku seorang individu dikarenakan faktor eksternal.
3.      Konsistensi
Apakah orang tersebut merespon dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku seseorang, maka kita akan cenderung menghubungkannya dengan penyebab internal. Contoh, seorang karyawan yang sering terlambat akan dinilai malas yang dimana atribut ini merupakan faktor internal.

Fundamental attribution error
Kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor eksternal dan melebih-lebihkan pengaruh internal atau pribadi. Contoh: Seorang sales manager yang menilai kinerja salesmannya buruk disebabkan oleh kemalasan bukannya produk competitor yang lebih inovatif.

Self serving bias
            Kecenderungan bagi para individu dan organisasi untuk menghubungkan keberhasilan mereka sendiri dengan factor-faktor internal, seperti kemampuan atau usaha sementara menyalahkan factor-faktor external, seperti kesialan atau rekan-rekan kerja yang tidak produktif sehingga mengakibatkan kegagalan.

Cara cepat yang umumnya digunakan dalam menilai seseorang
Persepsi Selektif
Sebuah proses penyaringan persepsi berdasarkann kepentingan, latar belakang dan sikap. Memungkinkan pengamat untuk menarik kesimpulan yang tidak beralasan dari situasi yang ambigu.
Halo effect
adalah penilaian seseorang berdasarkan pendapat pribadi yang dilakukan secara sepintas/singkat dipengaruhi oleh penampilan pertama atau kesan pertama yang melekat pada orang yang dinilai. Halo effect ini dapat mempengaruhi evaluasi dan estimasi penilaian seseorang kepada orang yang dinilai.
Contrast effect
adalah evaluasi karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru-baru ini ditemui yang peringkatnya lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
Stereotyping
adalah cara pandangan dan penilaian kepada seseorang didasarkan pada sifat atau penilaian terhadap kelompok yang dianut oleh orang tersebut. Atau penilaian terhadap orang dari penampilan atau latar belakangnya.Jalan pikiran stereotype diambil untuk menyederhanakan dugaan-dugaan yang rumit dalam pengamatan secara cepat. Stereotype dapat mendarah daging dan cukup kuat untuk mempengaruhi keputusan hidup dan mati.Masalah dari stereotype ini seringkali terlalu generalisasi sehingga tidak dapat melihat kebenarannya.Jadi kita harus konstan mengecek ketidakadilan dalam menilai.

Specific Applications of shortcut in Organization
1.      Employment interview
Hanya beberapa orang yang langsung diberi pekerjaan tanpa melalui interview. Tetapi seringkali proses interview membuat persepsi terhadap penilaian menjadi tidak akurat karena yang dilihat hanyalah kesan awal.
2.      Performance expectations
Orang-orang berusaha untuk mensahkan persepsi mereka tentang kenyataan bahkan ketika persepsi tersebut salah. Self fullfilling prophecy atau pygmalion effect, telah berkembang untuk mendeskripsikan kenyataan bahwa perilaku seorang individu ditentukan oleh harapan individu lain.
3.      Ethnic profiling / pembentukan profil etnis
Pembentukan stereotype dimana satu kelompok individu dipilih, biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau investigasi.
4.      Performance evaluations
Sebuah penilaian dari kinerja seorang karyawan bisa penilaian obyektif.Misalnya, sebuah restoran dalam sehari laku berapa banyak, banyak pekerjaan-pekerjaan evaluasi dalam bentuk obyektif karena ukuran obyektif lebih rendah untuk di implementasikan serta memberi manajer keleluasaan yang lebih besar, dan banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan ukuran-ukuran obyektif.

Hubungan Antara Keputusan Individu dan Persepsi
            Bagaimana individu di organisasi membuat berbagai keputusan dan kualitas dari pilihan-pilihan akhir mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka.Pembuatan keputusan muncul sebagai reaksi atas sebuah masalah.Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dengan keadaan yang diinginkan yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.

 Decision Making in Organization
The Rational Model, Bounded Rationality, and Intuition :
1.      Rational  decision making
Mendeskripsikan bagaimana individu harus berperilaku untuk memaksimalkan hasil.
Rational model bergantung pada sejumlah asumsi, termasuk bahwa pembuat keputusan memiliki informasi yang lengkap, mampu mengidentifikasi semua pilihan yang relevan dalam cara yang tidak bias, dan memilih opsi dengan utilitas tertinggi. Tetapi dalam dunia nyata kebanyakan keputusan tidak menggunakan rational model.
Langkah-langkah dalam rational decision making model
1.      Mendefinisikan masalah
2.      Mengidentifikasi kriteria keputusan
3.      Mengalokasikan kriteria-kriteria yang berbobot
4.      Membuat berbagai alternative
5.      Mengevaluasi alternative
6.      Memilih alternative terbaik
2.      Rasionalitas yang dibatasi
Karena otak manusia tidak bisa mengolah dan menyelesaikan masalah yang complex dengan rasionalitas penuh, maka kita menggunakan bounded rationality, yaitu suatu proses dalam pembuatan keputusan dengan menggunakan model yang sederhana lalu kemudian disaring sehingga nantinya menjadi mudah untuk dipahami.
3.      Intuition
Sebuah proses bawah sadar yang berasal dari pengalaman yang disaring. Dan proses ini tidak selalu terlepas dari analisis rasional. Keduanya saling melengkapi dan yang terpenting intuisi bisa menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dalam pembuatan keputusan.

Common Biases and Errors in Decision Making
1.      Overconfidence Bias
Individu yang kemampuan intelektual dan interpersonalnya lemah adalah orang yang sering melebih-lebihkan kinerja serta kemampuannya.Ada juga dampaknegative yang timbul terhadap kinerja usaha apabila seorang pengusaha terlalu optimis.Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organizational mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah yang berada diluar bidang keahlain mereka.
2.      Anchoring bias
Kecenderungan untuk terpaku pada informasi awal,kemudian kita gagal untuk menyesuaikan diri dengan informasi berikutnya. Anchoring bias biasanya digunakan oleh individu yang berkecimpung dalam pekerjaan seperti periklanan, manajemen, politik, realsted dan hukum dimana ketrampilan persuasi sangat penting.
3.      Confirmation bias
Kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan kembali pilihan masa lalu dan mengurangi informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu. Proses rational decision making  menganggap kita mengumpulkan informasi secara objektif, tetapi kita sebetulnya mengumpulkannya secara selektif.
4.      Availability bias
Kecenderungan seseorang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang tersedia bagi mereka.
Contoh, orang lebih takut naik pesawat daripada menyetir mobil, karena media lebih memberikan sorotan pada kecelakaan pesawat udara dibandingkan kecelakaan darat, jadi kita cenderung melebih-lebihkan risiko naik pesawat terbang.
5.      Escalation of commitment
Sikap yang mempertahankan sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata bahwa keputusan tersebut salah.
6.      Randomness Error,
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempercayai bahwa dia dapat memprediksikan apa yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang. Pembuatan keputusan dengan ini sering kali menjadikan suatu hal yang mustahil menjadi suatu kepercayaan mereka. Perilaku seperti ini akan menyebabkan terjadinya bias dan mempengaruhi pada cara seseorang menilai sesuatu.
7.      Risk Aversion (Menghindari resiko),
Yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih memilih hal yang pasti dibandingkan hal yang beresiko tinggi, walaupun ada kalanya hal yang lebih beresiko ini menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
  • Kebanyakan pegawai memilih untuk bekerja sesuai dengan keseharian yang mereka lakukan, dibandingkan dengan melakukan inovasi dan berkreativitas. 
  • Seorang manajer yang ambisius akan cenderung menghindari resiko. 
  • Seorang CEO juga sangat berusaha untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi pada strategi dan investasi yang ada dalam perusahaannya. 
             Disamping itu ada juga individu yang berani untuk mengambil kesempatan saat mereka berusaha untuk mencegah hasil negatif, yaitu Risk Preference (Mengambil resiko). Keadaan yang membuat stress akan menjadikan orang-orang yang berani mengambil resiko ini menjadi lebih kuat. Kebanyakan     orang cenderung berani mengambil resiko saat menghadapi hal yang negatif dan menghindari resiko untuk hal yang positif.


8.      Hindsight Bias (Memandang ke masa lampau),
yaitu kecenderungan seseorang untuk melihat suatu hasil sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan, serta melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam memprediksikan hal tersebut sebelumnya. Terus memandang ke masa lampau ini menyebabkan seseorang justru kehilangan kemampuannya untuk belajar dari masa lampau. Contohnya adalah saat kira mendengar sesuatu dan tau hasilnya, seseorang akan cenderung mengatakan “Kok bisa begitu, padahal kan harusnya seperti ini?” 

Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan : Individual Differences dan Organizational constraints
Individual Differences
1.      Personality
Penelitian tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menunjukkan bahwa kepribadian seseorang  mempengaruhi keputusan seseorang.
2.      Gender
Study  selama dua puluh tahun menemukan perempuan menghabiskan lebih banyak waktu daripada laki-laki dalam menganalisis masa lalu, sekarang, dan masa depan. Mereka lebih cenderung menganalisis masalah secara berlebihan sebelum membuat sebuah keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat.Hal ini dapat menyebabkan menghasilkan pertimbangan masalah dan alternative penyelesaian yang lebih seksama.Namun, hal ini dapat membuat masalah lebih sulit untuk diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan-keputusan masa lalu, dan meningkatkan depresi.
3.      Mental Ability
Orang-orang dengan tingkat yang lebih tinggi dari kemampuan mental yang dapat memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat.
4.      Cultural Differences
Latar belakang budaya dalam pengambilan keputusan secara signifikan dapat mempengaruhi pemilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi harus dibuat otokratis oleh manager  atau kolektif dalam group.


Organizational Constraints
1.      Performance Evaluation
Contohnya jika manajer divisi mempercayai bahwa kegiatan produksi yang dibawah tanggung jawabnya beroperasi dengan baik ketika dia tidak mendengar hal negative, maka manajer yang menangani produksi tersebut akan berusaha hal negative tersebut tidak sampai ke atasannya yaitu manajer divisi.
 2.      Reward Systems
Reward system organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menyarankan pilihan mana yang mempunyai payoff yang lebih baik.  Jika organisasi menghindari pemberian reward maka manajer itu kemungkinan besar menggunakan keputusan konservatif.
3.      Formal Regulations
Semua organisasi kecuali organisasi yang kecil membuat aturan untuk ditaati dan membuat karyawannya untuk bertingkah sesuai dengan aturan itu.Dan tentu saja, dengan demikian, mereka membatasi pilihan keputusan.
4.      System-Imposed Time constraints
Hampir semua keputusan penting ada deadline nya.Kondisi ini sering membuat sulit, jika mungkin, bagi para manajer untuk mengumpulkan semua informasi yang mereka mungkin ingin sebelum membuat pilihan akhir.
5.      Historical Precedents
Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan yang dibuat selama bertahun-tahun.

 

Etika dalam Pembuatan Keputusan
Etika juga termasuk hal yang perlu diperhatikan dalam segala bentuk pembuatan keputusan. Ada tiga kriteria yang digunakan untuk melakukan framing keputusan :

1. Pembuatan keputusannya semata mata berdasarkan outcomes, untuk menghasilkan sesuatu yang baik dalam jumlah yang besar yang dikenal dengan Utilitarianism. Umumnya dapat ditemukan dalam pembuatan keputusan berbisnis.
2.   Pembuatan keputusan yang didasarkan pada hak-hak yang dimiliki, seperti saling menghargai dan melindungi hak-hak dasar tiap individu. Hal ini diterapkan untuk memberikan kepada whistle-blowers, yaitu individu yang membuka masalah organisasi secara tidak pantas pada media atau pemerintah menggunakan hak untuk berbicaranya.
3.      Pembuatan keputusannya berdasarkan melaksanakan tiap peraturan yang dibuat secara adil dan fair, atau adanya keseimbangan dalam distribusi keuntungan dan biaya. Umumnya digunakan oleh Serikat pekerja, agar mereka mendapatkan upah yang sama dengan job desk yang dilaksanakan.
Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tiap tiap kriteria :
·         Utilitarianism :
o   (-) mengesampingkan hak-hak yang dimiliki oleh individu.
o   (+) pencapaian efisiensi dan produktivitas
·         Fokus pada hak :
o   (-) mencegah tercapainya efisiensi dan produktivitas
o   (+) perlindungan pada individu dari kecelakaan dan mengutamakan kebebasan dan privasi
·         Fokus pada hukum :
o   (-) mengurangi inovasi, produktivitas dan pengambilan resiko.
o   (+) perlindungan pada individu yang lebih lemah


Meningkatkan kreativitas dalam Pembuatan Keputusan
            Pembuatan keputusan yang rasional juga membutuhkan kreativitas, yaitu kemampuan untuk membuat gagasan ataupun ide yang berguna. Kreativtias ini membuat seorang pembuat keputusan menjadi lebih mengenal dan mengerti permasalahan, yang bahkan tidak dimengerti oleh orang lain.
            Kreativitas dimiliki oleh hampir semua orang. Dalam hal ini seseorang perlu untuk keluar dari jalan pikiran banyak orang, dan mulai belajar untuk memikirkan masalah dengan berbagai macam cara lain. Yang menjadi kelebihan dari seorang yang kreatif adalah mempunyai self-confidence, berani mengambil resiko, internal locus of control yang baik, toleransi pada ambiguitas yang baik.
Tiga komponen utama dalam kreativitas adalah :
1.  Expertise (Keahlian), menjadi dasar dari segala jenis pekerjaan kreatif. Potensi untuk menjadikan sesuatu yang kreatif bisa terjadi apabila seseorang mempunyai kemampuan, pengetahuan, keahlian di bidang yang ditekuninya.
2. Creative thinking skills (Kemampuan berpikir kreatif), karakteristik yang dimiliki seseorang terkait dengan kreatifitas, penggunaan analogi, dan kemampuan untuk melihat sesuatu yang sama dalam hal yang berbeda. Analogi mengijinkan para pembuat keputusan untuk mengaplikasikan gagasannya dalam suatu konteks ke konteks lainnya.
3. Intrinsic task motivation (Motivasi mendasar), yaitu kemauan untuk mengerjakan sesuatu karena menarik, memuaskan, menyenangkan, dan menantang. Hal inilah yang umumnya terkait pada seseorang yang menyukai pekerjaan sampai pada titik menjadikannya sebagai suatu obsesi.

            Perbedaan Global dalam etika sebenarnya tidak ada. Meskipun pada budaya Barat standar etika terkesan ambigu, kemampuan mereka untuk memandang sesuatu yang salah dan benar lebih baik dibandingkan dengan Asia yang justru memilih berada ditengah-tengah keduanya. Organisasi global harus membuat suatu etika mendasar untuk para pembuat keputusan seperti di India dan China, serta mengubahnya sesuai dengan norma yang berlaku jika mereka ingin menegakkan dasar yang baik dan konsisten.

5 komentar: